Nyanyian yang Dibungkam, Album Lagu Rintihan Para Tapol

Koalisi untuk Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KPKK) dan Taman 65 meluncurkan sebuah album dalam cakram dan buku berjudul Prison Song: Nyanyian Yang Dibungkam. Peluncuran album ini sekaligus menandai 50 tahun terjadinya tragedi kemanusiaan 1965 dan perayaan 70 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Prison Song diluncurkan di pusat kebudayaan Jerman, Goethe Haus, Menteng, Jakarta, Jumat, 21 Agustus 2015. Sederet musikus yang terlibat dalam album tersebut hadir dalam acara tersebut. Mereka adalah Dadang Pranoto,gitaris Navicula dan Dialog Dini Hari; Jerinx, penggebuk drum grup band Superman Is Dead; Kupit dan angga-anggota Nosstress; grup band Banda Naira; Made Mawut; Rio Sidik; Fendy Rizk; dan Bogi Prasetyo.

Melalui nyanyian ini kami ingin membalas kebencian yang selama ini diarahkan kepada mereka para penyintas dari yang disebut partai terlarang, kafir, dan hujatan apa pun,” ujar Kamala Candrakirana, koordinator KKPK.

Nana, panggilan akrab Kamala, mengaku sangat gembira dengan anak-anak muda yang terlibat dalam pembuatan album dan pagelaran Nyanyian Penyintas ini. “Anak-anak muda ini membangkitkan keyakinan kami untuk terus melawan lupa pelanggaran HAM masa lalu, kalian luar biasa, di saat di luar sana banyak anak muda tak peduli atau tahu urusan HAM,” ujarnya.

Dalam album dan buku bersampul warna merah itu terdapat enam lagu. Lagu-lagu ini diciptakan dan dinyanyikan para tahanan politik untuk menghibur diri mereka saat ‘menunggu’ ketidakpastian sebelum diinterograsi, yang sering berujung pada penyiksaan bahkan kematian atau ketika sudah lepas dari maut tapi masih mendekam di penjara.

Lagu-lagu itu liriknya merupakan curahan hati, kerinduan terhadap keluarga atau ekspresi optimisme mereka untuk hidup. Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Taman 65 berusaha menyelamatkan lagu-lagu itu dan mengkompilasikan dalam sebuah album. “Kami bangga, generasi muda ini menjadi penerus gerakan kami dan mereka telah membuka jalannya sendiri yang sangat kami hargai, lewat seni, lewat nyanyian,” ujar Kemala.

Jerinx dalam kesempatan itu mengatakan gembira bisa bergabung dalam kegiatan ini. Dia mengatakan dari dulu sudah ada rasa penasaran tentang isu-isu HAM termasuk peristiwa 1965 ini. “Ternyata ada banyak distorsi untuk negara sebesar ini, ada banyak fakta yang menarik dipelajari,” ujarnya.

Dia mengatakan dengan mempelajari apa yang terjadi melalui lagu bisa memberikan edukasi untuk anak-anak muda. “Sekaligus mengajak belajar sejarah, sebuah revolusi kecil untuk hal besar,” ujarnya.

DIAN YULIASTUTI

Add a Comment

Your email address will not be published.