FILM WIJI THUKUL DAN JANJI JOKOWI MENUNTASKAN KASUS PENCULIKAN AKTIVIS 1997-1998

SIARAN PERS IKOHI

FILM WIJI THUKUL DAN JANJI JOKOWI MENUNTASKAN KASUS PENCULIKAN AKTIVIS 1997-1998
“Ayo gabung ke kami Biar jadi mimpi buruk presiden“ Wiji Thukul, Nyanyian Akar Rumput

“Ayo gabung ke kami Biar jadi mimpi buruk presiden“

Wiji Thukul, Nyanyian Akar Rumput

Sebuah film yang mengisahkan tentang sepenggal kehidupan penyair Wiji Thukul telah dihadirkan kepada khalayak berjudul “Istirahatlah Kata-Kata” (Solo, Solitude). Film tersebut ternyata menyedot perhatian banyak kalangan masyarakat diberbagai kota di Indonesia. Hebatnya, mayoritas penonton adalah generasi muda yang lahir dan tumbuh dimasa pasca Orde Baru. Publik, khusunya generasi muda yang mengapresiasi film ini bertanya mengapa Wiji Thukul dan para aktivis yang memperjuangkan demokrasi didihilangkan secara paksa (diculik) oleh aparat negara ? Bagaimana nasib Thukul ?

Film Istirahat Kata-Kata membantu mengingatkan generasi muda yang menonton film tersebut bahwa republik ini mempunyai masa kegelapan dimana kekuasaan digunakan secara absolut untuk membunuh demokrasi, bahkan takut kepada “kata-kata” dan puisi. Film ini membawa pesan pada generasi sekarang untuk “melawan lupa” bahwa kebebasan yang dirasakan hari ini tidak datang dengan mudah, tapi membutuhkan pengorbanan. Seperti ungkapan puisi Wiji Thukul, “Telah kubayar yang dia minta, umur, tenaga, luka.”

Gairah publik terhadap kehadiran film Istirahatlah Kata-Kata menjadi pesan kuat bagi presiden Jokowi bahwa tugasnya untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM, khususnya kasus penghilangan paksa 1997/1998, agar segera dilaksanakan. Kami masih ingat betul bahwa presiden Jokowi menyatakan pada saat kampanye pilpres 2104: “Siapapun yang masih hilang harus dicari, harus dikembalikan.” Janji untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM juga dikukuhkan dalam dokumen politik Nawacita.

Begitu menjadi presiden, Jokowi juga mengulangi janjinya tersebut. Pada tanggal 9 Desember 2014, di Gedung Agung Yogyakarta, di hadapan para korban dan penyintas kasus-kasus pelanggaran berat HAM masa lalu, presiden Jokowi menyatakan bahwa “Pemerintah terus berkomitmen untuk bekerja keras dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu secara berkeadilan …. Ada dua jalan yang bisa kita lalui, yaitu lewat jalan rekonsiliasi secara menyeluruh, [dan] yang kedua, lewat pengadilan HAM ad hoc.

Dalam penyelesaian kasus Penghilangan Paksa 1997/1998, presiden Jokowi telah memiliki modal politik, yaitu rekomendasi Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 28 September 2009.

Dalam rekomendasi yang ditujukan kepada Presiden saat itu dinyatakan;

1. Merekomendasikan Presiden untuk membentuk Pengadilan HAM Ad-hoc;

2. Merekomendasikan Presiden serta segenap insitusi pemerintah serta pihak terkait untuk segera melakukan pencarian terhadap 13 aktivis yang masih hilang;

3. Merekomendasikan Pemerintah untuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi kepada keluarga korban yang hilang; 4. Merekomendasikan Pemerintah agar segera meratifikasi Konvensi Anti Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan praktek Penghilangan Paksa di Indonesia. Dari keempat rekomendasi DPR tersebut, para keluarga korban penghilangan paksa yang bergabung dalam Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia memprioritas agenda mendesak yang harus dilakukan Presiden Joko Widodo :

Pertama, para kelurga korban menyatakan bahwa pencarian terhadap Wiji Thukul dan 13 aktivis yang masih hilang menjadi tuntutan utama dari para keluarga korban. Menuntut Presiden Jokowi serta segenap insitusi pemerintah serta pihak terkait untuk segera melakukan pencarian terhadap 13 aktivis yang masih hilang.

Kedua, Keluarga korban penghilangan paksa memiliki hak atas kebenaran, keadilan, dan pemulihan. Karena itu menuntut Presiden Jokowi harus memenuhi hak-hak tersebut agar tindakan penghilangan paksa dengan alasan apa pun, tidak pernah terjadi lagi di Indonesia.

Film Istirahat Kata-Kata menjadi medium publik dan keluarga korban penghilangan paksa untuk kembali mengingatkan dan menagih janji Presiden Jokowi untuk meuntaskan kasus Wiji Thukul dan aktivis lainya yang dinyatakan masih hilang. Dengan begitu puisi Wiji Thukul tidak akan menjadi mimpi buruk bagi presiden!

Jakarta, 25 Januari 2017
Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI)

#SahabatWijiThukul